Pangkalpinang – Akhir-akhir ini kelangkaan garam menjadi perhatian di berbagai Provinsi yang ada di Indonesia, tidak terkecuali di Bangka Belitung. Saat tim babelprov.go.id menemui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Yuliswan Burnani di kantornya pada Rabu (9/8/2017), beliau menjelaskan mengapa garam bisa menjadi langka.
Menurut Yuliswan, hal ini dikarenakan faktor cuaca seperti musim hujan membuat petani garam di daerah Jawa, terutama Provinsi Jawa Timur, menghasilkan panen dalam jumlah yang sedikit. Saat ini pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan import garam kurang lebih sebanyak 75 ribu ton.
Import ini untuk mengatisipasi terhadap kelangkaan garam tersebut. Sedangkan di Bangka Belitung hal ini lebih berdampak kepada para pelaku bidang industri seperti pabrik es dan pengasin ikan. “Saya sudah koordinasi dengan distributor untuk pulau Bangka, pada Sabtu kemarin (5/8/2017) sudah ada 900 karung untuk garam industri yang akan di distribusikan ke pelaku industri peng-asin ikan dan pabrik es,” ungkap Yuliswan.
Dimana perkarung tersebut kurang lebih berjumlah 50 kg, jadi dapat diperkirakan akan ada sekitar 45.000 kg atau dengan kata lain 45 ton garam. “Insya Allah sekitar empat hari lagi akan datang 900 karung lagi untuk garam industri, nanti akan kita bagikan,” lanjutnya.
Dalam hal ini, Yuliswan juga sudah menyampaikan kepada distributor untuk tidak memberikan harga yang mahal.
Sedangkan untuk garam halus kurang lebih 9 (sembilan) hari lagi baru akan datang, dimana rencananya 400 ton untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Kita akan tetap pantau terhadap kondisi stok garam. Dan saya minta terutama kepada para pelaku industri agar jangan sampai ada yang tidak dapat. Jadi dibagi-bagi dulu barangnya,” imbuhnya.
Menurut Yuliswan, saat ini petani garam di Bangka ini belum ada. Karena tidak semua orang dapat menjadi petani garam. Dan untuk menjadi petani garam harus ulet. Selain itu perlu juga untuk mensurvey lokasi apakah memenuhi standard. “Karakteristik penduduknya perlu diperhatikan untuk menjadi petani garam, dan juga perlu melakukan survey lokasi yang memenuhi standard. Karena dilihat dulu keasinan airnya, tidak semua air laut dijadikan garam, karena nanti ada pencampurnya,” jelas Yuliswan.
Lebih jauh Ia mengatakan bahwa untuk saat ini juga belum dilakukan survey lokasi. “Kalau nanti ada yang cocok maka akan dicarikan daerah yang tepat, yang tidak ada pencemaran lingkungan,” ucapnya.
Permasalahan ini akan disampaikan kepada Gubernur supaya nanti dapat dicari lokasi dan juga investornya. Yuliswan optimis bahwa pemerintah akan mendukung.
Selain itu, untuk kebutuhan garam rumah tangga sendiri perbulannya sebenarnya menurut Yuliswan dibutuhkan tidak terlalu banyak. Yang lebih banyak dibutuhkan adalah untuk industri.
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, rata-rata penggunaan garam di Bangka Belitung hanya 22,823 gram per kapita per bulan untuk konsumsi tiap orang. Dimana perkiraan tersebut apabila dikalkulasikan selama setahun maka pertahun 273,876 gram/orang. Dengan jumlah penduduk Bangka Belitung tahun 2016 sebanyak 1.401.827 jiwa maka dibutuhkan 383.927 kg atau 384 ton garam per tahun untuk mencukupi jumlah konsumsi garam di Babel.(K5)