INFLASI DAN KESEIMBANGAN SUPPLY & DEMAND

Dulu saat saya masih muda, tepatnya di tahun 1990-an, saat naik angkot bagi pelajar atau mahasiswa itu bisa bayar 200 rupiah, nah sekarang pelajar atau mahasiswa itu harus membayar 2000 rupiah atau bahkan lebih, naiknya lebih dari 10 kali lipat, banyak orang bilang itu karena inflasi. Lho, kok bisa ya ?

Setiap orang bekerja untuk mendapatkan uang, uang kemudian dipakai orang untuk membeli barang atau jasa yang mereka butuhkan. Namun ada saatnya dimana uang yang ada ditangan mereka tidak stabil atau berubah-ubah yang menyebabkan kenaikan harga sehingga masyarakat akan kesulitan jika kenaikan tersebut terjadi secara cepat. Kenaikan harga yang terjadi terus menerus untuk berbagai komoditi itulah yang mudahnya kita sebut sebagai inflasi.

Inflasi sejatinya merupakan pertanda yang bagus selama besaran inflasi itu dapat kita kontrol secara baik dalam batas-batas yang wajar, setidaknya dengan adanya inflasi kita tahu bahwa perekonomian bergerak dan tidak stagnant.

Namun sebaliknya jika inflasi tidak terkontrol maka akan meningkatkan penurunan daya beli, yang berujung pada meningkatnya pangangguran karena orang sudah tidak mampu membayar upah pekerja karena barang yang dijual tidak ada yang mau beli karena mereka tidak punya uang dan ujungnya adalah lesunya ekonomi suatu negara bahkan bisa membuat suatu negara bangkrut kalau tidak tertangani secara baik.

Terus pertanyaan sederhananya adalah kenapa terjadi inflasi ?....

Setidaknya inflasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dominan, sebut saja pertama adalah inflasi karena kelebihan permintaan dari sisi konsumen atau kerennya disebut demand pull inflation, ilustrasinya adalah bayangkan jika jumlah barangnya tetap sementara permintaan pelanggannya bertambah, akibatnya adalah jumlah barang akan berkurang, dan karena langkanya barang maka siprodusen atau pabrikan dapat seenaknya saja menaikan harga sehingga daya beli masyarakat menjadi turun karena kenaikan harga tersebut.

Nah yang kedua, faktor yang mempengaruhi inflasi adalah biaya produksi yang naik atau kerennya disebut juga dengan cost push inflation, disini terjadinya kenaikan biaya produksi dapat saja disebabkan oleh terhambatnya distribusi atau karena pengaruh eksternal lainnya, maka jika demikian sudah dapat ditebak, karena harga produksinya naik yang diakibatkan oleh langkanya material produksi, menyebabkan harga barang dengan sendirinya akan naik. Dan masih berkorelasi dengan kenaikan biaya produksi, Inflasi dapat juga terjadi karena lambatnya proses produksi yang mengakibatkan langkanya barang yang beredar dipasaran.

Selanjutnya yang tak kalah penting penyebab terjadinya inflasi adalah terlalu banyaknya uang yang beredar dipasaran, lho kok bisa uang bisa bertambah banyak dipasaran ya?... gambaran sederhananya begini, ada seorang penyimpan uang “A” yang menyimpan uang senilai satu juta rupiah dibank “C”, maka seharusnya terhitung uang dibank “C” tersebut adalah milik seorang penyimpan uang “A” bukan?, namun faktanya uang yang ditaruh dibank “C” tersebut, oleh si-bank “C”, dipinjamkan lagi kepada sipeminjan “B” dengan bunga sebesar “x” rupiah, dan ini dalam neraca khas bank “C” tertulis bahwa sipenyimpan uang “A” memiliki uang sebesar satu juta rupiah dan sipeminjam uang “B” juga memiliki uang satu juta rupiah hasil pinjam di bank “C” tadi, sedang bank “C” tercatat memiliki uang sebesar satu juta rupiah milik si penyimpan “A” ditambah satu juta rupiah plus  “x” rupiah bunga dari sipeminjam “B”, maka jumlah uang yang seharusnya sebesar satu juta saja, digitnya sudah bertambah. Efeknya jumlah uang terbaca semakin bertambah di pasaran sedangkan jumlah barangnya segitu-gitu saja. Dan hal ini terjadi siseluruh belahan dunia lho…. Kalau seperti ini, kenapa nilai tukar itu tidak diganti saja dengan emas ya, karena sulit khan untuk mancatatkan digit emas dalam mesin komputer tanpa melihat fisiknya dan bukankah nilai emas terbukti lebih stabil ?, apa ada ketakutan tersendiri dari para bankir jika alat tukar di-shifting dari uang kertas yang kita pakai saat ini dengan alat tukar emas, uupppss…!!!.

Inflasi disebabkan juga karena perilaku dari para konsumen yang cenderung terlalu konsumtif sehingga membuat barang langka dipasaran karena terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi barang yang sebetulnya tidak perlu-perlu juga, selain itu inflasi juga dapat disebabkan oleh prilaku produsen yang selalu melakukan aksi ambil untung saat barang langka dipasaran dengan menaikan harga seenak jidat mereka saja.

Ya… secara umum itulah faktanya faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi, dan praktek seperti ini memang terjadi dalam keseharian kita disamping ada juga faktor kebijakan pemerintah terkait moneter dan fiskal yang kurang tepat.

Dari semua faktor yang mempengaruhi inflasi tersebut, sesungguhnya inti masalah dari inflasi adalah supply dan demand. Dimana jika keseimbangan supply dan demand suatu barang tidak terjaga maka dapat dipastikan akan terciptanya ketidakstabilan harga. Jika suppy barangnya terlalu banyak sementara demand nya sedikit makan harga barang akan turun, dan sebaliknya jika supply barangnya sedikit sementara permintaannya banyak maka barang akan dengan sendirinya berharga tinggi. Nah, permintaan dan penawaran akan dengan sendirinya bertemu pada sutu titik kesepatannya sendiri yang biasa disebut titik keseimbangan atau titik equilibrium dan titik ini akan terus dinamis mengikuti pergerakan supply dan demand tadi.

Peran pemerintah seyogyanya menjaga titik keseimbangan ini agar terjaga dan terkendali melalui program-program yang berpihak pada masyakat, dari sisi Bank Indonesia sebagai bank sentral idealnya melakukan intervensi baik secara moneter semisal membatasi pencetakan uang baru, menarik uang lama atau kebijakan pasar terbuka dengan menjual surat Bank Indonesia untuk menarik uang dimasyarakat dan atau juga dengan melakukan sanering dimana kebijakan bank sentral dalam melakukan memotong nilai mata uang, tapi hal ini kayaknya hanya dapat dilakukan dalam kondisi ekstrim dan sangat tidak populis. Intervensi secara fiskal dapat juga dilakukan bank sentral dengan mengurangi pengeluran pemerintah sehingga permintaan terhadap barang dan jasa diharapkan akan berkurang atau dapat juga dilakukan dengan cara menaikan tarif pajak dimasyarakat yang diharapkan membuat konsumsi masyarakat akan barang dan jasa tersebut menjadi turun.

Dalam skala yang lebih kecil, pemerintah melalui kementerian / lembaga dapat melakukan intervensi dengan misalnya mempermudah masuknya barang impor karena dengan masuknya barang impor maka jumlah barang akan banyak dipasaran sehingga harga barang akan cenderung turun, tapi hendaknya jangan keterlaluan juga dengan sedikit-sedikit impor karena dapat merugikan dan mematikan produsen lokal. Cara lain misalnya dengan melakukan penetapan harga maksimum untuk komoditi-komoditi tertentu seperti misalnya Kementerian Perdagangan memberlakukan HET atau harga eceran tertinggi untuk komoditi primer, sedangkan untuk level pemerintah daerah, dapat dilakukan dengan pelarangan penimbunan barang oleh produsen dengan cara pengawasan barang beredar dan penindakan terhadap produsen bandel, selain itu juga dengan melakukan operasi pasar atau pasar murah dengan menggandeng distributor saat jelang hari - hari besar keagamaan dimana jumlah permintaan barang biasanya naik dengan dilakukan melalui mekanisme pemetaan dan penyaluran yang tepat. Skema-skema ini bisa menjadi solusi yang short-term atau jangka pendek.

Bagi saya solusi yang long-term untuk menekan inflasi tetap harus yang menjadi prioritas, hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan infrastruktur untuk memotong panjangnya jalur distribusi yang rumit dan rawan pungli. Mendatangkan investor untuk tanam duitnya disini juga hal yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan menurunkan inflasi, syarat untuk membuat mereka tertarik lalu datang kemudian berinvestasi adalah ketersediaan energi. Ketersediaan energi yang sustainable akan membuat investor dengan sendirinya datang, karena sekali lagi hal ini akan mengurangi cost produksi bagi mereka ketimbang mereka harus berinvestasi diwilayah yang listriknya byar-pet-byar-pet. Investor yang datang juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan hal ini jelas akan meningkatkan daya saing. Peningkatan dari sisi pendidikan juga perlu untuk terus ditingkatkan karena dengan edukasi yang baik, maka masyarakat akan semakin mengerti dalam bijaknya mengkonsumsi barang yang mereka butuhkan dan bukan barang yang mereka inginkan.

Pendek kata mengendalikan inflasi bukan hanya kerja pemerintah yang diwakili oleh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah melalui dinas-dinasnya, tapi juga merupakan kerja keroyokan berbagai stakeholder yang ada, dengan adanya sinergitas seluruh pihak ini setidaknya kita punya kecenderungan untuk berhasil dalam proses pengendalian inflasi. Sama kaya Avangers yang untuk mengalahkan Thanos-pun perlu bekerja sama biar bisa menang.

Penulis: 
Selani
Sumber: 
Disperindag

Artikel

12/09/2022 | Kompilasi data realiasi ekspor semester 1 2022
22/08/2022 | DATA OLAH SP2KP DAN FENOMENA
19/08/2022 | Disperindag
09/12/2021 | SELANI - Dinas Perindag
08/12/2021 | Qudba Farid, ST
09/12/2021 | Selani
22/08/2022 | Hadriansyah Putera, S.E